Minggu, 22 Mei 2011

Aelke Mariska - Bintang Iklan Pocary Sweat terbaru

Tak Disangka... Dan tidak di duga.. serupa tapi sangat berbeda.. (iklan POCARY SWEAT)

TERNYATA DAN TERNYATA... tidak perlu jauh2 kejepang untuk menyangka bintang model iklan POCARRY SWEAT.. karena eh karena.. dia adalah orang indo...tema iklan Pocari yg jg jd judul lagunya 'Youth Sweat Beautiful' ini shooting di Capetown, Af-sel. dinyanyikan oleh Ryutaro Makino, komposer : Gomi san. Model utamanya :
Aelke Mariska, anak DKV di Univ. Trisakti! Kaget yaa? Trnyata modelnya bukan org Jepang tp org Indo!



Banyak yang mengira kalau Aelke itu orang jepang, tapi kenyataannya Aelke sendiri adalah orang Indonesia. Iklan Pocary Sweat merupakan kemunculan perdananya di Televisi, salah satu iklan paling populer saat ini di Indonesia


>.<

dan yg bkin saya kaget, dia demen jejepangan, terutama band! Dia suka Jrock Vkei jg macem Laruku, Alice Nine, Naito, the GazettE, DELUHI, dll dan plg ngefans sm Gackt Camui! 
wohoho 
saya jg tau nick fb nya, Mariska Aelke . Hohoho :P



>.<

langsung aja ini Poto2 nya 










bukan hanya cakep gan , tapi aelke juga punya jiwa seni.

ini gan hasil karya dari tangan imut elke


Hasil gambar doi nih .....


Ney iklan do'i bagi yang gak punya TV eh maksudnya belum liat :P


banyak yang nanyain si aelke orang indo apa bukan, ini buktinya gan :


bijimana, sempurna kan ? 

segitu dulu aja ya  

Sabtu, 21 Mei 2011

Best Couple Manga

Cinta adalah sebuah emosi dari Kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Banyak yang bertanya apa arti cinta , menurutku cinta adalah variable , yang artinya berubah-ubah sesuai dengan pola pikir dan suasana hati saat kita ditanyakan apa artinya. Coba lihat saja disekitar kita, banyak yang dulunya mengagungkan cinta kini berbalik membencinya. Jadi arti cinta adalah variable. Setuju atau tidak setuju itu pendapatku.

Cekidot best couple manga ^^

Makino yui >< Hinata aulya (Angel Beats)
"Hmm... cuaca hari ini juga indah sekali~!" kata Yui, sambil memegang gitar miliknya.

Saat ini, dia sedang berada di atap sekolah, memainkan gitarnya, kegiatan yang selalu dia lakukan setiap hari saat waktu istirahat.

"Yui-chan, kau sedang bermain gitar lagi?" tanya seorang temannya, yang baru saja tiba di atap.

"Ah Hina-chan, ya... seperti yang bisa kau lihat kan?" tanya Yui, "Aku masih berusaha menemukannya..."
"Menemukan lagu itu?" tanya Hina.

"Ya! Nada dari lagu itu selalu terngiang di telingaku... dan setiap kali selalu saja berbeda," jawab Yui, "Aku terus mencatatnya... tapi sudah beberapa hari ini, nada lagu itu tidak terdengar lagi..."
"Mungkin itu tandanya lagu tersebut sudah selesai?" tanya Hina.
"Belum... aku yakin belum selesai!" jawab Yui, "Mungkin karena aku belum menemukan apa yang paling aku inginkan..."

"Apa?"

"Tentu saja menikah!!!!" jawab Yui dengan mata berbinar-binar, "Menemukan seorang cowok yang baik, tampan, pokoknya yang seperti harta karun, lalu menikah dan punya keluarga dengannya!!! Itu kan mimpi setiap wanita!!!"

"Sudah kuduga, Yui-chan akan menjawab seperti itu," jawab Hina sambil tersenyum, "Ada orang dalam pikiran?"

"Ada, Hinata-kun..." jawab Yui, sambil melihat sekelompok siswa yang sedang bermain baseball di bawah.
"Eh? Tapi... bukannya kalian..."
"Aku tahu!" potong Yui, "Aku memang baru saja putus dengan dia karena suatu masalah... tapi... aku masih merasa... bahwa dialah orangnya... dia orang yang kucari selama ini..."

Whenever our faces met, we would only fight
Even those were good memories


"Itu wajar... kau kan baru saja putus Yui-chan... kau pasti masih teringat saat-saat bahagia bersama dia," jawab Hina.

You taught me this. I’m not afraid anymore
No matter how difficult it is, I can grab hold of happiness, so…


"Ya... Hinata-kun begitu baik... dalam segala hal dia selalu optimis... dia juga sering mengajarkanku berbagai hal... tapi, kau juga benar... hal itu... sudah lewat kan...?"

Even alone, I’ll go on, even if it’s painful
I’ll definitely take along the dream I saw with you
Being with you was so wonderful, you and not anyone else
But when I woke up in the morning, you're not there


"Ya betul, hal itu... sudah lewat..." kata Yui, dengan suara yang semakin mengecil.

I felt like we could just have fun forever
I understand that I only felt that way
I no longer regret that I was born
Like the feeling after a festival, it’s lonely, but it's time to go


"Yui-chan?" panggil Hina.

"Tidak... ada yang salah dengan hal itu... aku tidak ingin hal itu berakhir..." kata Yui, sambil menangis, "Aku ingin bersama dengan Hinata-kun!!!"

I’ll go anywhere with the things that I learned here
I’ll show that I can make the dream called happiness come true
Even if we’re apart, no matter how far apart we become,
I will live on in a new morning


"Kalau begitu... apa yang harus kau tunggu?" tanya Hina, "Bukankah Hinata-kun ada di bawah sana? Dan kau tahu, dia selalu melihat ke atas sini."

"Begitukah?" tanya Yui, "Dasar... si bodoh itu..."

Even alone, I’ll go on, even if I want to die
I’ll hear your voice telling me that I must not die
Even if it looks painful, even if I’m crying in loneliness,
Deep in my heart I feel your warmth


"Hina-chan, maaf, tapi aku harus pergi menemui seseorang..." kata Yui, sambil membereskan gitarnya, dan buru-buru menuruni tangga.

"Hati-hati!!" seru Hina, "Dasar... benar-benar pasangan yang merepotkan..." lanjutnya, sambil tersenyum.

Secepat yang dia bisa, Yui berlari menuruni tangga. Beberapa kali dia hampir terjatuh, tapi dia tidak perduli. Saat ini, dia hanya ingin menemui Hinata saja. Setelah beberapa kali menuruni tangga, akhirnya sampailah dia di lantai dasar. Dia langsung menuju ke lapangan, padahal permainan masih berlangsung.

"Hinata-ku..."

Baru saja akan memanggil Hinata, Yui terkena bola telak di mukanya, membuatnya terjatuh. Melihat itu, Hinata langsung berlari menghampiri Yui.

"Yui!! Kau tidak apa-apa??" tanya Hinata, cemas.

Saat itu, untuk pertama kalinya setelah beberapa hari, mereka saling bertatap muka lagi. Dan baru saat itu Yui merasa yakin, bahwa dia memang sayang pada Hinata, dan Hinata adalah orang yang tepat untuknya. Tanpa sadar, Yui mulai menangis lagi.

"Ahhh!!! Dasar Hinata-kun bodoh bodoh bodoh!!!!" seru Yui, sambil memukul dada Hinata.

"Aduh!! Bukan aku yang melempar!! Lagipula kenapa kau berlari masuk begitu saja??" tanya Hinata.

Turning and flowing along, time is transient
What happened then? I can’t remember
But if I try closing my eyes, I can hear someone’s laughter
Somehow, that is now my most precious treasure


"Hei, Hinata-kun..." kata Yui, sambil menunduk, "Maukah kau... mendengarkan permainan gitarku lagi... saat aku sudah menyelesaikan lagu terbaruku?"

"Tentu saja..." tanya Hinata, "Yui... maukah kau... memaafkanku... dan kita ulang lagi dari awal?"

Yui tidak menjawab, tapi dia langsung memeluk Hinata erat-erat, sambil menangis bahagia. Semua yang ada di sana langsung bertepuk tangan, turut merasakan atmosfer kebahagiaan di antara mereka berdua.

"Telah kutemukan... hartaku yang paling berharga..."


Otonashi yuzuru >< Kanade ichimoto (ANgel Beats)




 

"Akhirnya semua anggota SSS sudah resmi lulus dari sekolah dan dunia ini" kata Yuzuru
"...." Kanade hanya terdiam setelah Yuripe menyampaikan salam perpisahannya pada dirinya.
"Hei Kanade, mau kah kau jalan bersamaku melihat sekeliling sekolah" ajak Yuzuru
"Baiklah"

Yuzuru dan Kanade berjalan bersama meninggalkan auditorium tempat mereka mengadakan acara kelulusan Anggota SSS. Langit tampak mulai sore dan berwarna orange keemasan ketika mereka sudah di luar auditorium.

Mereka berdua berhenti di air mancur ketika Yuzuru bertanya pada Kanade.
"Kanade, aku ada sebuah permintaan untukmu."
"Apakah itu Yuzuru-kun?"
"Aku berpikir... bahwa di dunia ini tinggal kita berdua saja."
"..." Kanade terdiam
"Apakah kau mau hidup bersamaku di dunia ini untuk selamanya?" kata Yuzuru melanjutkan kata-katanya
"........ maafkan aku Yuzuru-kun" kata Kanade sambil menatap mata Yuzuru
"Eh? Mengapa kau berkata seperti it..? Jangan, jangan bilang kalau kau juga akan hilang dari sini Kanade" Seru Yuzuru dengan raut muka yang tidak percaya
"Dari awal bertemu denganmu, aku tahu bahwa suatu saat aku akan mengatakan hal ini, mungkin karena hal inilah aku masih tidak bisa meninggalkan dunia ini."
"Tidak, tidak, aku tidak mau mendengarkan kata-kata itu. Aku tidak mau!!!" Jerit Yuzuru sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya.

Kanade berjalan mendekati Yuzuru dan memegang tangannya.
"Terima kasih Yuzuru-kun. Jantung yang kau berikan padaku, berkat dirimu aku bisa hidup lebih lama." ujar Kanade.
"Mengapa, mengapa? Ketika aku menyadari perasaanku padamu, mengapa kamu harus secepat ini pergi dariku?"
"Perasaan ku juga sama padamu Yuzuru-kun"
"Lalu kenapa kau harus pergi dariku..... Aku mohon Kanade, jangan lepaskan genggaman tanganmu ini" Air mata mulai menetes dari mata Yuzuru, dan tangan Yuzuru semakin erat menggenggam tangan Kanade.
"Jangan khawatir Yuzuru-kun, aku akan selalu menggenggam tangamu mulai sekarang sampai selama-lamanya." kata Kanade sambil tersenyum.
"Kanade, jangan pergia Kanade.... Kanade... KANADE!!!!!!!" raung Yuzuru sambil menangis dan Kanade pun lenyap dari hadapan Yuzuru.

Yuzuru tidak kuat berdiri, dan tersungkur di tanah. Tangannya masih terasa hangat akan genggaman tangan Kanade.
"Kanade...."
"Bodoh, mau sampai kapan kamu duduk dan terdiam seperti itu. Hah, benar-benar bodoh." kata Yuripe sambil menggeleng-gelengkan kepala
"Yuripe?" Yuzuru melihat Yuripe berada di depannya sambil tidak percaya
"Kau merasa kesepian setelah kutinggal Yuzuru?" Ujar Hinata sambil tersenyum dan di sampingnya Yui menggandeng tangannya.
"Hinata..."
lalu tampak seluruh anggota SSS di hadapan Yuzuru.
"Teman-teman..... Bagaimana mungkin kalian bisa berada di sini?"
"Entahlah, mungkin karena kami semua masih mempunyai hasrat yang terpendam di sini. Yaitu menjalani kehidupan bersama-sama" jawab Yuripe.
"Kalau begitu, Kanade....."
Yuzuru berdiri.
"Yuzuru-kun" terdengar suara Kanade dari belakang Yuzuru
"Kanade......" Yuzuru membalikkan badannya dan di hadapannya terlihat wanita yang ia cintai
"Bukankah aku akan selalu menggenggam tanganmu mulai sekarang." ujar Kanade sambil mengangkat tangannya
"Dan untuk selama-lamanya..." kata Yuzuru meneruskan kata Kanade sambil berjalan menuju Kanade dan meraih tangan Kanade.




Midori Kasugano >< Seiji sawamura (Midori days)
Seiji Sawamura adalah orang yang paling kuat di sekolahnya. Nilainya tidak begitu bagus karena dia lebih banyak berkelahi daripada belajar, namun Seiji selalu menolong siswa yang lemah saat dipermainkan oleh berandalan. Ada beberapa temannya mengidolakannya, Midori Kasugano (dari sekolah yang berlainan dengan Seiji) yang secara diam diam jatuh cinta dengan Seiji, namun sebagian besar orang takut dengan Seiji yang membuatnya hampir tidak mungkin untuk mendapatkan seorang kekasih -- sampai suatu pagi, saat Seiji bangun dari tidurnya, dia mendapatkan miniatur Midori tertempel ditempat yang seharusnya adalah tangan kanannya.
Hampir dua minggu pasangan ini harus beradaptasi dengan keadaan yang memaksa dan mendadak ini. Banyak kekacauan dan romantisme tarjadi. Seiji melakukan yang terbaik untuk menyembunyikan Midori agar tidak diketahui oleh orang lain, Midori menggunakan perban di bagian kepalanya dan berpura-pura menjadi tangan Seiji yang terluka. Midori sering menunjukkan cintanya kepada Seiji (bahkan menggunakan T-shirt bertuliskan I ♥ Seiji), namun Seiji tidak menyadarinya, dan bahkan sering mengeluh bahwa dia tidak akan menemukan gadis yang mencintainya.

Li Syaoran >< Sakura kinomoto (Cardcaptor Sakura)






Minggu pagi. Sakura menggeliat di ranjang single-nya dengan mata masih terpejam. Setelah melirik jam yang bertengger di meja kecil di sebelah tempat tidurnya, ia mengerang. Sepagi ini ponselnya sudah berisik, mengganggu tidurnya saja.
“Kau tidak lihat jam, ya?!” omel Sakura tepat setelah mengangkat telpon dari Shaoran.
“Maaf, maaf. Eh, Sakura! Ayo kita jogging! Sudah lama kan kita tidak olah raga? Ayo, bangun!” ajak Shaoran.
“Aku malas! Sudah, aku mau tidur lagi!” jawab Sakura, bersiap menutup pembicaraannya.
“Eh, tunggu! Tunggu! Ayolah, Sakura! Kau tidak ingat apa kemarin aku bilang apa? Pipimu semakin chubby saja! Ayolah kita turunkan berat badanmu!” bujuknya lagi.
“Aku tidak mau, Li Shaoran! Aku ngantuk! Sudah, jangan bujuk-bujuk aku lagi! Tak akan ada gunanya!” balas Sakura.
“Aaah… kau ini. Ayolah sahabatku yang paling cantik dan baik hati… Tomoyo sedang olah raga saat ini. Aku ingin jogging bersamanya!” rayu Shaoran.
“Ya sudah sana! Kalau ingin jogging bersama Tomoyo, hampiri saja dia! Jangan mengganggu aku begini. Dan satu lagi, jangan coba-coba merayuku! Itu tidak akan berhasil!” ucap Sakura kasar lalu langsung menutup telepon dan kembali bergelung dalam selimutnya.
“Huh! Dasar anak malas!” keluh Shaoran kesal di seberang telepon yang sudah terputus.
Mau tak mau, Shaoran harus berusaha sendiri. Sudah setahun lebih ia naksir pada kakak sepupu sahabatnya sejak melihatnya pertama kali. Tapi sampai saat ini ia sama sekali belum bisa mendekatinya.
Shaoran mengikat tali sepatunya lalu menyambar air minum. Setelah menghela napas panjang sesaat, ia berdoa semoga upayanya kali ini berhasil. Upaya mendekati Tomoyo.
Shaoran berlari-lari kecil di sekeliling lapangan bola, bersama dengan puluhan orang lainnya. Tapi matanya terpaku pada sosok anggun yang berlari sekitar sepuluh meter di depannya. Rambut gelap panjangnya yang dikuncir membentuk ekor kuda bergoyang-goyang seirama dengan langkah kaki jenjangnya. Ia sedang asyik berbincang dengan teman perempuan yang berlari di sebelahnya. Sesekali mereka tertawa bersama.
Saat Tomoyo beristirahat, Shaoran juga berhenti. Teman Tomoyo yang diketahui Shaoran bernama Ino itu sedang membeli minuman. Tomoyo duduk sendiri di bangku stadion. Keringat mengucur deras membasahi wajah putih cantiknya. Ia terlihat mencari-cari sesuatu dalam tas mungil yang dibawanya, sepertinya sapu tangan. Tapi ia tidak menemukan benda itu.
“Ini,” tawar Shaoran sambil menyodorkan sapu tangan yang dipinjami Sakura kemarin. Sakura menolak dipulangkan sebelum sapu tangan itu dicuci bersih terlebih dahulu.
“Lho, ini punya Sakura, kan?” Tanya Tomoyo heran.
“Iya, kemarin ia meminjamkan sapu tangan ini.”
“Baiklah, terima kasih. Nanti biar langsung kukembalikan pada Sakura saja, ya?” Tanya Tomoyo.
“Ya sudah, terima kasih juga. Oh ya, sampaikan terima kasih juga ya untuk Sakura.”
“Oke.”
“Kau sendirian?” Tanya Shaoran pura-pura tidak tahu kalau Tomoyo tadi bersama Ino.
“Tidak, temanku sekarang sedang membeli minuman. Kalau kau? Pasti Sakura belum mau bangun, ya?” Tanya Tomoyo balik.
“Begitulah. Ia malah marah-marah padaku.” Adu Shaoran.
“Hahaha, karena itulah aku tidak membangunkannya tadi. Ya sudah, dengan kami saja kalau begitu.” Ajak Tomoyo.
“Benarkah? Apa temanmu nanti tidak akan merasa terganggu?” Tanya Shaoran sambil mengerjapkan mata senang.
“Kurasa tidak. Ia orang yang sangat mudah bergaul dan suka mempunyai teman baru.”
Tak lama kemudian Ino datang dengan membawa sebotol air mineral untuk Ino sendiri karena Tomoyo sudah membawa untuknya sendiri.
“Hai!” sapa Ino.
“Hai juga.” Jawab Shaoran.
“Ino, ini Shaoran, sahabat adikku. Shaoran, ini Ino, teman sekolahku.” Kata Tomoyo memperkenalkan mereka berdua.
“Senang berkenalan denganmu, Adik kecil! Hehehe.” Kata Ino sok tua.
Dengan bibir mengerucut Shaoran menjawab, “Aku kan hanya lebih muda setahun dari kalian, Kakak besar!”
“Hahaha, aku hanya bercanda.” Jawab Ino. Mereka bertiga kemudian larut dalam perbincangan sambil melanjutkan kembali aktivitas olah raga mereka.
Shaoran bersorak dalam hati. Baru kali ini ia bisa berbincang lama dengan Tomoyo. Mendengar suara lembutnya, tawa anggunnya yang mempesona, dan ucapan-ucapan cerdasnya. Selama ini setiap Shaoran bermain ke rumah Sakura, Tomoyo pasti sedang belajar atau sedang pergi les ini-itu. Atau kalau sedang bersantai, Tomoyo hanya asyik menonton tv sementara Sakura dan Shaoran sedang ngobrol atau bermain game.
Tomoyo ternyata orang yang sangat baik hati dan luar biasa menawan. Cantik, cerdas, anggun, dan baik hati. Shaoran semakin bertekuk lutut dibuatnya. Sepulang dari stadion, Shaoran pulang bersama Tomoyo. Mereka bersepeda bersisian sepanjang jalan sambil berbincang berbagai hal. Shaoran yang humoris sering melontarkan lelucon, membuat mata Tomoyo berair karena terlalu banyak tertawa. Mendengar tawa Tomoyo, Shaoran semakin sering melontarkan cerita-cerita lucunya.
“Sudah, sudah, perutku sakit. Tunggu dulu.” Kata Tomoyo sambil meminggirkan sepedanya. Rasanya tidak kuat mengayuh sepeda dengan baik dalam kondisi seperti itu. Berulang kali sepedanya oleng tadi.
Shaoran ikut meminggirkan sepedanya. Mereka berhenti di pinggir jalan. Jalan yang sedang dilalui mereka sekarang berada di atas perbukitan, dan satu meter dari pembatas jalan itu adalah turunan tajam seperti jurang yang jauh di bawah sana adalah rumah penduduk. Mereka duduk di pembatas jalan itu, memandang ke bawah, tempat dimana atap-atap rumah tampak dan terlihat sangat kecil. Angin sejuk menghampiri mereka, menyapu keringat yang menetes di dahi.
Lama mereka terdiam menenangkan diri. Menikmati suasana yang sangat nyaman itu.
“Di sini pemandangannya indah, ya!” kata Shaoran memecah keheningan.
Tomoyo mengangguk. “Sudah lama sekali aku tidak merasa setenang ini. Apalagi setelah tertawa habis-habisan tadi. Aku merasa seperti sudah di-charge. Kepalaku sudah tidak sakit lagi. Terima kasih ya, Shaoran.” Ucap Tomoyo.
“Sama-sama. Aku senang melihatmu senang. Oh ya, memangnya kepalamu sakit kenapa?”
“Tidak sakit sih, hanya saja penelitian yang sedang ku kerjakan di sekolah benar-benar menyita waktuku dan memenuhi kepalaku. Tapi untungnya kau sudah me-refresh otakku lagi.”
“Oh ya, Tomoyo. Mengapa kau memilih bersekolah di sekolahmu sekarang? Aku tahu sekolah itu sangat bagus kualitasnya, bahkan sudah bertaraf internasional. Tapi, memangnya di kota asalmu tidak ada yang sebagus itu?”
“Hmm, yang sebagus itu kurasa belum ada. Sedikit di bawahnya memang banyak. Tapi bukan itu saja alasanku. Aku ingin menemani Sakura.” Jawab Tomoyo.
“Menemani Sakura?”
“Ya, aku tahu ia sekarang lebih sering tinggal sendiri. Makanya, aku memutuskan setelah lulus SMP aku melanjutkan di sini.”
“Orang tuamu mengizinkanmu?”
“Awalnya tidak. Tapi setelah kubujuk, akhirnya mama mengizinkan. Lagi pula masih ada adikku dan nenek yang tinggal menemani mama.”
“Papamu?”
“Papa sudah meninggal, tidak lama sebelum ibu Sakura meninggal. Oleh karena itulah aku tahu bagaimana perasaan Sakura. Dan aku salut sekali ia bisa bangkit dari kesedihan bahkan tanpa dukungan ayah dan kakaknya. Kalau aku, mamakulah yang menguatkanku, keluargaku benar-benar saling menguatkan satu sama lain, tidak seperti keluarga Sakura. Makanya, aku sangat ingin menemaninya. Terima kasih ya sudah menemani Sakura selama aku belum pindah. Sakura bilang kau-lah yang selalu ada di sampingnya.” Ucapnya dengan mata sendu.
“Itu kan sudah tugasku sebagai sahabatnya. Oh ya, apa kau suka dengan boneka beruang yang kuberikan waktu itu?” Tanya Shaoran.
“Oh, ya, aku suka, terima kasih. Tapi sebenarnya kau tidak perlu repot-repot.” Jawab Tomoyo agak kaku.
“Err, matahari sudah meninggi, mungkin Sakura sudah selesai memasak. Aku lapar. Ayo kita pulang.” Ajak Tomoyo.
“Kurasa Sakura bahkan belum bangun. Bagaimana kalau kita membeli makanan saja?”
“Hmm, baiklah. Tapi dibungkus saja ya, kita makan di rumah.”
^-^
Sesampainya di rumah, Tomoyo membangunkan Sakura untuk sarapan bersama. Shaoran yang sudah menganggap rumah itu seperti rumah sendiri menyiapkan piring untuk mereka bertiga. Tadinya Shaoran mengajak Tomoyo untuk makan berdua saja, tidak usah membangunkan Sakura dengan alasan takut Sakura kembali mengamuk (walaupun ada alasan lain), tapi Tomoyo bersikeras ingin membangunkan Sakura dengan resiko kena semprot adik sepupunya itu.
Sakura memang menggerutu pelan sambil mengucek-ucek matanya saat berjalan ke ruang makan. Tapi mencium nasi goreng yang sangat lezat, matanya langsung terbuka dan tanpa ba-bi-bu langsung melahapnya dengan masih bau kasur dan garis putih terbentang di pipinya yang bersumber dari sudut bibirnya.
Setelah makan, Tomoyo langsung masuk kembali ke kamarnya, meninggalkan Shaoran yang menatapnya kecewa bersama Sakura yang langsung menyalakan tv untuk menonton kartun favoritnya.
“Maaf, Shaoran…” bisik Tomoyo yang bersandar di balik pintu kamarnya. Tangannya meraih bandul di kalung yang melingkari lehernya lalu membukanya. Tampak foto dua orang lelaki paling dicintainya di dalam bandul itu. Ayahnya, dan seorang lelaki lain.
Mikan sakura >< Natsume Hyuga 





"PAGI..." sapa seorang gadis berambut coklat yang diikat dikedua sisi kepalanya. Dia memasang senyumnya yang terlihat cerah. Di belakang gadis itu, ada seorang anak yang sangat mirip dengannya. Hanya saja, rambut anak tersebut dikuncir di belakang dan mempunyai limiter item warna biru es yang dipasang di telinga kanannya (sama seperti limiter item milik Natsume yang bewarna merah). Dan tak lupa pula ekspresi dingin yang selalu terpasang di wajahnya.
"Pagi Minami/Mikan-san/Sakura," balas seluruh anak dikelas itu kecuali... yah kalian tahu siapa mereka, kan.
"Minami-chan!" panggil Anna dan Nonoko seraya menghampiri dua anak yang seperti pinang dibelah dua itu.
"Kemarin, kamu kemana saja?" tanya mereka. Minami tersenyum seraya melirik sedikit ke arah Mikan.
"eng... aku ada dikamar Mikan nee-chan," jawabnya sambil tersenyum kecil.
"Pantas saja..." gumam mereka.
"Memangnya... kalian ke kamarku?" tanya Minami. Anna dan Nonoko mengangguk dan menggeleng kepalanya.
"eh... apa maksudnya?" tanya Minami.
"Maksudnya... tidak hanya kami, tapi ada seorang anak laki laki yang namanya... eng... Ka... oh iya... Kazu Azumi mencarimu juga," balas Anna. Nonoko mengangguk mengiyakan perkataan Anna.
Mikan memandang mereka dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan oleh orang awam. Namun, menurut Natsume, itu adalah ekspresi orang ketakutan.
"ka... Kazu Azumi?" tanya Mikan dengan sedikit tersendat sendat. Anna dan Nonoko mengangguk. Mikan kemudian menatap Minami sambil berbisik sangat pelan padanya,
"Aku akan pergi dulu. Jaga dirimu baik baik," bisiknya. Minami mengangguk sebelum Mikan berlari keluar kelas menuju gedung pusat.
Setelah suara derap langkah Mikan tidak terdengar lagi, Minami memandang Anna dan Nonoko sambil memberikan senyum kecil miliknya.
"Maaf... karena telah membuat kalian khawatir," ucapnya dengan nada sedikit menyesal.
"Tidak apa apa, Minami," jawab mereka. Minami tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala. Ia kemudian menoleh ke sekelilingnya. Ia mencari Hotaru. Namun, di kelas itu, sama sekali tidak tampak sehelai rambut dari penemu jenius itu. Minami tersenyum kecil dan kemudian ia berjalan menuju tempat duduknya yang berada di depan meja RukaXNatsumeXMikan.
Ia merasakan tatapan dari Natsume yang sama sekali tidak disadari oleh teman sekelasnya. Ia yang mengerti arti dari tatapan itu hanya berbisik
"Melihat tatapanmu itu... sepertinya kau masih belum selesai membaca secret book itu, ya,"
Natsume terdiam. Apa yang dikatakan Minami memang benar. Untuk mengetahui siapa identitas Mikan sebenarnya, terlebih dahulu ia harus membaca secret book yang menurutnya merupakan kisah masa lalu Mikan.
"hn" balas Natsume dengan sangat pelan.
Minami yang kini sudah duduk di depan Natsume pun, menunduk dan berbisik," kumohon... tolonglah Mikan... hanya kamu yang bisa, Natsume."
Natsume pun terbelalak karena ucapan Minami tersebut. Mata rubynya menatap punggung Minami dengan tatapan heran.
"PERSONA!" panggil Mikan dengan nada marah di dalam gedung pusat.
"ck...ck...ck... hime. Kenapa kau sampai berteriak seperti itu?" tanya Persona. Mikan menatap Persona dengan tatapan marah dan bersiap mengeluarkan luncuran teriakan pada pemilik alice Mark of death tersebut.
"KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU KALAU KAZU ADA DI SINI?" Persona terdiam. Beruntung dia mempunyai kesabaran yang cukup dalam menghadapi Mikan. Namun sayangnya, Mikan sama sekali tidak sabar dan tidak tahan untuk diacuhkan, apalagi oleh orang seperti Persona.
"SEJAK KAPAN KAZU ADA DI SINI?" tanya Mikan dengan marah. Persona menghela napas.
"Sejak ketika kau pingsan karena misi," jawab Persona.
Mikan terdiam sambil mengernyitkan dahi.
"Maksudmu?"
"Dialah orang yang ditawan oleh AAO. Dialah pemilik Wind Alice yang kau dan kuroneko selamatkan," ucap Persona. Mikan terbelalak dan menatap Persona dengan tatapan tidak percaya.
"ke... kenapa ka..kau tidak memberitahuku?" tanya Mikan terbata bata.
"KENAPA KAU TIDAK BILANG KALAU ORANG YANG DITAWAN ITU ADALAH KAZU" teriak Mikan. lalu, udara disekelilingnya bergetar dan mulai menjadi dingin. Dingin... dan dingin hingga sampai...
"SUDAH HENTIKAN MIKAN-SAMA," teriak Kazu tiba tiba. Perlahan lahan suasana kembali ke sediakala dengan tubuh Mikan yang terlihat bergetar karena syok.
"ka... ka... Kazu" gumam Mikan sambil berusaha menahan air mata.
"Tenanglah, Mikan-sama. Bukan maksudku untuk membentakmu," ucap Kazu yang terlihat agak menyesal," tapi... ini bukan kesalahan Persona."
Mikan pun jatuh berlutut sambil menangis.
"ke... Kenapa kalian tidak memberitahuku?" tanya Mikan.
Kazu membelai lembut kepala Mikan. Dia merasa sangat tidak enak melihat Mikan seperti itu. Ia tahu kalau selama ini Mikan selalu berusaha untuk tetap tegar menghadapi apa pun semenjak kejadian itu. Namun, tanpa ia sadari ternyata Mikan masihlah rapuh. Dia termasuk tipe yang terlihat kuat bagaikan berlian namun rapuh seperti kaca.
"Persona tahu, Mi," ucap Kazu," Persona tahu kalau kau akan bertindak gegabah setelah mengetahui kalau aku adalah orang yang ditawan." Mikan terdiam sambil menatap Kazu dengan mata yang berkaca kaca.
"Persona tidak ingin akibat tindakan gegabahmu itu akan membuat keselamatanmu terancam. Jadi... dia sengaja tidak memberitahumu"
Mikan hanya menundukkan kepalanya. Tetesan tetesan air matanya berjatuhan membasahi lantai.
"kenapa..." gumamnya," kenapa harus aku yang dilindungi... kenapa aku tidak bisa melindungi yang lain..." Kazu menggeleng gelengkan kepalanya menyadari sikap keras kepala Mikan yang begitu overprotective terhadap orang yang disayanginya.
"Tenang, Mi. Kau jangan sedih," hibur Kazu," Kau pasti akan malu bila orang lain melihatmu menangis."
Tiba tiba, Mikan memandang Kazu. Dengan wajah yang sangat merah (akibat menangis) Mikan bertanya,
"Kazu... ma... maukah kau me...memenuhi p..permintaanku?"
Kazu terdiam namun kemudian ia menganggukkan kepala. Lalu, ia terkejut mendengar permintaan Mikan.
BRAKK...
Mikan berjalan dibelakang Hotaru dengan rambut yang hampir menutupi seluruh mukanya. Minami terdiam menatap Mikan dan dirinya telah menduga duga tentang apa penyebab semua itu.
Mikan pun duduk diikuti dengan lirikan dari pemilik fire alice yang agak penasaran akan jati diri Mikan. Tak berapa lama, Mikan tidak tahan untuk membendung emosinya sehingga ia tiba tiba berlari keluar kelas.
Semuanya terdiam melihat sikap aneh yang ditunjukkan Mikan. Tiba tiba saja semua yang berada diruangan itu (kecuali Hotaru, Natsume, dan Minami) memandang Koko.
"Apa?" tanyanya. Melihat isis pikiran mereka membuat Koko mengerti dan kemudian berkata,
"Aku tidak tahu sama sekali... Aku tidak membaca pikirannya." Mereka pun menghela napas.
"Seharusnya kau membaca pikirannya, Koko," ucap Sumire.
"Iya... benar..." sahut yang lainnya menyetujui ucapan Sumire. Koko pun hanya bisa menundukkan kepalanya.
Percuma... dia tidak akan bisa membaca pikiran Mikan/Polka, pikir Hotaru, Minami dan Natsume bersamaan.
Mana mungkin aku membaca pikirannya... dia pasti akan membunuhku ketika tahu kalau aku membaca pikirannya, pikir Koko ketakutan.
(A/n: hanya ingin memberitahukan bahwa di kelasnya, tidak ada yang tahu kalau Mikan mempunyai Nullification Alice kecuali tiga orang diatas)
"Hiks... hiks... hiks..."
Suara tangisan Mikan mengiringi tarian bunga sakura yang berguguran.
"Bisakah kau berhenti menangis?" tanya seseorang dengan suara berat dan datar. Mikan memandang orang tersebut dengan wajahnya yang sangat merah dan kekanak kanakan.
imut, pikir orang tersebut sambil berusaha menahan rona merah pada wajahnya.
"Ma... mau apa kau ke sini, Hyuga," ucap Mikan sambil melempar tatapan marah pada Natsume. Ini membuat jantung Natsume berdegup kencang. Kenapa? Saat Mikan menangis, tatapan marah tersebut membuat Mikan menjadi terlihat lebih kekanak kanakan, lebih imut, dan lebih menggemaskan.
"ka... katakan padaku. Kenapa kau ke sini?" tanya Mikan dengan nada sedikit membentak. Natsume terdiam dan mengacuhkan Mikan. Ia kemudian memanjat pohon, duduk di atas dahan yang tebal dan menyender pada batang yang kokoh.
Mata coklat madu Mikan mengikuti gerakan Natsume. Tetap diam sambil terisak isak.
"Bisakah kau diam? Aku mencoba untuk tidur," ucap Natsume dengan datar sambil memasang wajah yang terlihat sangat terganggu.
Mikan tetap terdiam. Namun, kini ia terlihat sedang berusaha menahan isakan tangisnya. Walau begitu, Natsume dapat melihat tetesan air matanya yang jatuh ke punggung tangan Mikan. Ia merasa tidak tega melihat Mikan menangis sehingga ia langsung melompat ke samping Mikan dan membuat gadis kecil itu terkejut.
"Dengar... kalau kau seperti itu, kau tidak seperti polkadot yang kukenal," ucapnya. Mikan terdiam dan menatap Natsume penuh arti.
Sial... kenapa dia mempunyai tatapan seperti itu? pikir Natsume. Ia berusaha menghalau pemikiran bahwa Mikan yang berada di depan wajahnya itu terlihat ehm... sangat manis. Dia menghela napas dan kemudian berkata,
"Jadi, kenapa kau menangis?" tanya Natsume.
"a... aku..."
"Ayo katakan," ucap Natsume tidak sabar.
Mikan terdiam dan tiba tiba saja, ia menghamburkan dirinya ke dada Natsume.

Nefertari vivi >< Kohza  (One piece)





Ringkasan.
Kohza dan Vivi adalah dua orang teman sejak kecil. Vivi adalah seorang anak dari sebuah ranch bernama Alabasta. Sedangkan Kohza termasuk dalam keluarga yang bekerja sebagai koboi. Hubungan mereka sangat hangat dan bahagia. Sedikit ngalor-ngidul soal hubunga Kohza-Vivi. Simak di fic ' Di samping padang itu'.
/\|lIlI;;00;;IlIl|/\\
Writer's point of view.
Past.
"Vivi, aku pulang~" Seorang anak lelaki berambut cokelat terang datang menghampiri anak perempuan berambut biru yang dikuncir rapi.
"Kohza! Oleh-olehnya mana?" Tanya anak perempuan yang disapa Vivi itu.
"Ini, oleh-olehnya. Aku ngga sempat mencari apa-apa." Kohza menyerahkan sebuah buku bertuliskan 'Name of hana' di sampulnya.
"Buku?" Vivi mengambil seraya membuka buku tebal di tangannya. Di dalamnya terdapat banyak sekali penjelasan dan gambar mengenai bunga-bunga.
"Bagus kan? Aku tahu kau pasti terkejut. Makanya aku memilihkan buku itu…"
"Sombong sekali… Kalau begitu aku ambil buku ini. Weee! " Seru Vivi berlari dari sisi Kohza.
"Hei, Vivi! Kembali kau!" Sahut Kohza mengikutinya. Vivi menoleh sekilas lalu tertawa senang.
/\|lIlI;;00;;IlIl|/\\
"Nona Vivi, bangun. Ini sudah sesiangan." Seorang pelayan membuka tirai pada jendela kamar Vivi. Sedang empunya kamar sendiri masih bergulat di balik selimut.
"Aduh… Aku masih ngantuk… Aduh, aku belum memandikan Karu lagi…" Vivi bangun dan membereskan tempat tidurnya.
"Wah, kalau Karu sedang dimandikan dibawah. Oleh Kohza." Jawab si pelayan.
"Kohza? Aku mau turun!" Vivi langsung menghambur ke pintu.
"Tapi nona, anda belum berganti baju- Sahut si pelayan.
"Nanti saja." Jawab Vivi tanpa menengok lagi ke dalam kamar. Sosoknya pun menjauh.
Drap drap drap.
"Kohza!" Sahut Vivi di depan kandang kuda. Ya, Karu adalah seekor kuda putih bersurai kuning milik Vivi. Vivi adalah putri pemilik ranch Alabasta. Kohza adalah salah satu koboi yang bekerja di ranch itu. Hubungan kedua keluarga itu memang baik. Apalagi Kohza dan Vivi sudah berteman sejak kecil.
"Pagi Vivi. Kau baru bangun ya?" Sapa Kohza yang tengah membilas badan kuda kepunyaan Vivi, Karu. Wajahnya mengerling usil pada Vivi. Muka Vivi memerah saat tahu rambutnya sangat berantakan.
"Aku turun begitu mendengarmu ada di sini. Ada apa?" Tanya Vivi. Kini dia berdiri di samping Kohza.
"Aku mau memberi laporan harian pada ayahmu. Apa beliau ada?"
"Sayang baru ada di sini siang nanti."
"Oh, kalau begitu aku pulang dulu- Kohza berdiri dan bersiap mengambil topinya.
"Jangan! Kamu disini saja, menemaniku." Vivi menarik lengan kemeja yang dipakai Kohza.
"Memangnya kau menganggur?" Tanya Kohza.
"Aku mau membereskan gudang." Muka Vivi jelas menunjukkan kata, 'temani aku'.
"Jadi aku dipaksa nih? Baiklah. Toh, pekerjaanku sudah selesai." Senyum Kohza membuat Vivi ikut tersenyum. Keduanya pergi keluar dari kandang kuda menuju rumah utama.
/\|lIlI;;00;;IlIl|/\\
"Gudangmu kotor sekali nona muda. Apakah kau terlalu malas untuk membereskannya?" Tanya Kohza pada Vivi yang sibuk memindai kotak-kotak mana di dalam gudang yang perlu disingkirkan. Keduanya memakai celemek dapur, masker juga sarung tangan supaya tidak terlalu kotor.
"Mengurus sapi-sapi dan belajar setiap hari saja sudah menyita waktuku tahu! Sudahlah, ayo teruskan lagi bersih-bersihnya." Ujar Vivi. Ketika itu dia berjinjit mau menjangkau tempat yang tinggi, tapi sebuah kardus malah tergeser dan menjatuhinya.
Gubrakkk
"Aduh…" Vivi meringis karena kaget tak tahu. Kohza menghampirinya dengan wajah khawatir.
"Kau baik-baik saja? Lagipula apa sih yang kau simpan di atas sana seperti itu?" Kohza menggeleng heran. Vivi mengangkat bahu. Diraihnya kardus yang menimpanya barusan.
Jangan dibuka.
Manusia semakin dilarang akan semakin penasaran.
"Kohza! Lihat, ada tulisannya nih. Jangan dibuka. Kira-kira apa isinya ya?" Vivi terpekik senang.
"Entahlah. Tapi ini akan berguna." Kohza mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya. Dengan cekatan merobek perekat yang terpasang di sana. Namun betapa diamnya mereka saat,
kardus terbuka. Menampakkan mainan-mainan serta barang-barang lain yang rasanya kurang berguna.
"Wah, ini kan mainan kita dulu. Iya kan, Kohza?"
Vivi membuka kotak kardus tersebut dan mengeluarkan isinya. Satu tangannya memegang sebuah pistol mainan dari kayu. Di tangan satunya lagi ada botol susu kaca yang dilapisi kertas bergambar sapi-sepertinya dibuat anak kecil- Kohza memicingkan sebelah matanya. Vivi mencoba menahan tawa,
"Ya ampun, Kohza… Masa kau tidak ingat semua barang ini? Nih, dulu kau kan pakai pistol kayu ini untuk 'main jadi koboi'. Aku ingat betapa semangatnya kamu waktu itu. Lalu botol susu ini punyaku."
" 'main jadi peternak' kan?" Tebak Kohza. Vivi mengembangkan senyumnya, rupanya Kohza masih ingat dengan kenangan tempo lampau mereka. Dilihatnya Kohza mulai tertarik membongkar isi kardus tadi. Tak lama, dia menjejal muka Vivi dengan salah satu barang.
"Aaaa! Apa yang kau pegang?" Vivi refleks berteriak. Tangannya terkombinasi kompak menutupi wajah serta rambut biru terangnya. Pemilik rambut coklat muda di sisinya menyingkirkan lengan putih itu, mempertunjukkan sebuah mainan -kalau bisa disebut begitu- replika sapi. Sapi itu sangat lucu karena memiliki dua buah kantung susu di bawah perutnya. Kohza menarik salah satu diantaranya dan,
"Mooo~" Mulut dan mata sapi-sapian itu terbuka lebar. Belum selesai Vivi menangkap apa yang terjadi, Kohza kembali menarik kantung susu si sapi yang satunya lagi, kini ekor sapi itu yang bergerak naik-turun. Vivi tergelak saat Kohza memainkannya secara berkala seperti memerah sapi asli. Terkadang dia mengikuti suara ala lenguhan sapi.
"Hahaha hentikan, perutku sakit…" Ucap Vivi mengambil sapi dari tangan Kohza. Vivi menatap mainan sapi itu geli. Rupanya di balik badan sapi itu, terdapat sebuah kait tali yang menghubungkan antara kantung susu –dari karet- ke mulutnya. Sehingga kalau ada yang menarik kantung susunya, otomatis tali yang ada di mulut ikut tertarik dan membuka mulutnya.
Vivi memutuskan menyimpan mainan itu di kardusnya kembali. Karena agak mengganggu kegiatan bersih-bersih mereka. Dia dan Kohza melanjutkannya dengan cepat, kalau Vivi butuh bantuan Kohza, pasti Kohza langsung datang membantu. Tak sampai tengah hari, akhirnya gudang sudah selesai dibersihkan. Barang-barangnya ditata rapi sehingga tak akan berjatuhan seperti sebelumnya. Vivi mengajak Kohza untuk berkuda sejenak di padang rumput mereka, Kohza menyetujuinya. Kegiatan itu biasa mereka lakukan setelah menggiring sapi-sapi ke padang. Di perbatasan padang, tepatnya agak masuk ke sebuah hutan, ada tempat favorit Kohza dan Vivi. Bunga-bunga tumbuh banyak tapi teratur, indah sekali. Sewaktu kecil, diam-diam mereka suka mengunjunginya. Karena ayah Vivi kurang suka Vivi bermain di dalam hutan.
/\|lIlI;;00;;IlIl|/\\
"Dulu waktu kecil, kita suka main disini kan?" Bisik Vivi pada Kohza yang menunggang kuda di depannya. Mereka hanya mau pergi sebentar, sehingga hanya membawa satu kuda.
"Ya. Kita pergi selagi ayahku dan ayahmu mengobrol soal ranch,lalu kembali dengan mengatakan kita bermain bersama Karu. " Tambah Kohza. Perjalanan mereka tidak terlalu lama, walaupun menempuh jarak yang cukup jauh. Dari kejauhan, mereka bisa melihat pohon-pohon yang kontras daripada padang rumput. Sekelibat bayangan tertangkap oleh mata Kohza, namun sikap waspadanya menurun, tak mau Vivi mengkhawatirkannya. Tapi ada baiknya berjaga-jaga. PIkir Kohza dalam hati.
Kohza mengikatkan kuda Vivi di jejeran pohon paling luar. Kuda tersebut terlihat sedikit gelisah, membuat Kohza merubah pikirannya.
"Vivi."
"Kohza,ayo. Kau lamban sekali sih, payah!" Goda Vivi. Kohza terkejut tapi segera mengejar gadis kulit putih itu. Mereka kejar-kejaran dalam siklus tak henti-hentinya. Diselingi tawa dan canda, mereka memutuskan berbaring di kerumunan rumput yang tumbuh rendah. Bunga-bunga queen anne's lace melambai-lambai riang.
"Kohza dan bunga. Perpaduan yang kurang cocok." Komentar Vivi setelah menyematkan beberapa tangkai di kepala Kohza. Kohza tersenyum masam, memasang ilalang di atas kepala Vivi.
"Oh, Vivi dan rerumputan. Indah nian tak tertandingi." Sahutnya usil. Vivi segera mendaratkan pukulan-pukulannya di badan Kohza. Kohza berusaha menghindar dan berdiri, ketika itu ditangkapnya sosok seekor serigala memantau tajam di belakang Vivi. Berusaha tidak membuat kaget, Kohza menarik lengan Vivi perlahan, tapi rupanya Vivi masih belum mengerti situasi.
"Apa? Kau mau aku mendekat lalu mengerjaiku balik? Huh, tipuan lama." Ucap Vivi. Kohza menggeleng cepat, masih mengawasi tindak-tanduk serigala di depannya. Kalau begini terus, Vivi ada di posisi yang lebih membahayakan dariku. Gumam Kohza. Bagaimana pun aku harus bertindak cepat. Kohza menarik tangan Vivi dan menyembunyikan gadis itu di balik punggungnya. Barulah saat itu, sang gadis menyadari apa yang terjadi.
"Ya tuhan. Ada serigala… " Erang Vivi. Kohza berusaha memposisikan tubuhnya untuk melindungi Vivi semaksimal mungkin. Serigala itu sudah dalam kondisi siap menyerang, padahal sejak tadi Kohza dan Vivi tak mengganggunya.
Woof Woof.
Pandangan Kohza teralih pada suara di balik pohon-pohon membelakangi sang serigala. Ada beberapa anak serigala disana. Kohza memutuskan bahwa lawan yang dihadapinya ini adalah serigala betina. Hewan itu mendengar suara-suara asing lalu memutuskan untuk memeriksa. Sebenarnya serigala ini tidak yakin Kohza dan Vivi adalah ancaman. Kalau beruntung, mereka bisa kabur sebelum hewan itu mengamuk.
Kohza mundur secara intens untuk membuktikan dirinya tak berbahaya. Gerakan Vivi yang gugup agak membuatnya susah, tapi dia tetap melangkah hati-hati. Sesekali serigala itu menyalak kuat, dan Kohza berhenti sejenak. Akhirnya, Kohza dan Vivi sudah cukup jauh dari sarang serigala itu. Dan sang ibu serigala memutuskan untuk kembali ke dalam sarangnya lagi.
Kohza segera membuka ikatan kuda mereka lalu menaikkan badan Vivi ke pelana. Ditungganginya kuda itu cepat karena sang gadis sudah tampak pucat. Tidak menyangka ada kejadian seperti itu. Sesampainya di rumah, matahari hampir jatuh di peraduannya, menampakkan semburat jingga di kejauhan sana. Kohza menenangkan Vivi, membawanya ke sofa dan memberinya segelas susu hangat. Tiba-tiba gadis itu terisak, Kohza mendekati dan mengusap kepalanya lembut.
"Maaf… Aku tidak tahu kalau ada serigala.. Kupikir kau masih bercanda. Kau kan tahu mukamu sama seriusnya saat bekerja atau bercanda…" Isak Vivi. Kohza hanya bisa meringis.
"Sudahlah, apapun yang terjadi aku akan selalu melindungimu." Erang Kohza.
"Terimakasih, Kohza. Aku menyayangimu…" Vivi memeluk tubuh bidang Kohza erat. Kohza terus membelai rambutnya pelan.
Aku juga. Aku akan melindungimu sampai nanti. Tambahnya dalam hati.
/\|lIlI;;00;;IlIl|/\\
Past (part 2).
"Kohza. Bunga yang warnanya putih lembut ini namanya apa?" Sahut anak perempuan kecil itu pada anak laki-laki di sebelahnya.
"Itu namanya queen anne's lace. Dimana kamu mendapatkannya?" Jawab anak lelaki.
"Di hutan tempat kita bermain.. Ini untuk Kohza…"
"Tidak. Simpan untuk Vivi saja…"
"Benar nih? Ya sudah. Main yuk!" Sahut anak perempuan itu gembira. Menarik lengan anak lelaki yang meninggalkan bukunya di atas padang rumput. Angin menyibakkan halaman-halamannya satu persatu, di salah satu halamannya terhenti.
Nama bunga: Queen Anne's Lace.
Arti : Tempat berlindung.
/\|lIlI;;00;;IlIl|/\\
A/N
Mohon dimaklumi kalau writer salah-salah dalam berbagai informasi yang diberikan disini. Uhuk. Maka kurang tahu soal dunia perbinatangan. Buat Cake-san, maaf kalau arti bunganya kurang disampaikan jelas. Hehehe kebiasaan saya nih. Plotnya berantakan. Oke, akhir kata. Silakan reviewnya, silakan reviewnya~ :D





Roronoa zorro >< Kuina (One piece)








Terlihat matahari mulai menampakan kemegahan nya, suara gemericik air pun menemani pagi yang indah itu, semua keindahan itu terletak di sebuah dojo kecil, tempat Zoro di asuh pada saat itu.

"Duk duk duk duk..." terdengar suara langkah ricuh penghuni dojo berlarian menuju lapangan kecil, tepat di depan ruangan utama dojo tersebut.

Pemandangan yang tidak lazim, dua orang sama-sama memegang pedang kayu, dengan kuda-kuda siap menyerang satu sama lain.

"Hey lihat, ada ingin mengajak bertarung putri tunggal sensei" kata seorang murid dojo tersebut.

"Siapa sih dia? tiba-tiba menantang putri tunggal pemilik dojo ini" balas seorang murid lain dengan ricuh.

"Hey..itu kan Zoro, dia murid yang masuk dojo di taun ini dengan nilai tertinggi lho, lagipula tidak seperti ahli pedang biasanya, dia lebih suka memakai 2 pedang dari pada 1 pedang."
tegas murid lainya dengan spontan.

"Wah, tapi kalau seperti ini tentu tidak adil, laki-laki tidak boleh melawan perempuan." sambut seorang murid dojo yang lain.

Kemudian putri tunggal pemilik dojo tersebut mengencangkan genggaman nya pada pedang kayu yang ia pegang.
"Kau ingin bertarung melawanku? cepatlah, aku tidak punya banyak waktu bertarung melawan kau."

"Hah?! perempuan macam apa kau, sombong sekali aku hanya ingin tau namamu! " kata Zoro,ketus.

"Iya, iya, tadi kan sudah aku katakan, akan kuberi tau namaku, setelah aku menjatuhkan mu bocah kecil." kata putri tunggal pemilik dojo tersebut.

Kemudian Zoro pun mengambil ancang ancang untuk menghunus kan pedang kayu nya kepada wanita itu, tapi gerakan wanita itu terlalu cepat, sehingga Zoro pun kelabakan menghadapi nya,dan akhirnya wanita itu memberikan sentuhan terakhir, yaitu pukulan tepat di dahi zoro, sehingga membekas berwarna merah, dan serangan itu pun menjadi penutup pertarungan pagi hari itu.


"Aduuh sakit." Zoro masih menahan sakit yang baru saja diterimanya.

Tiba-tiba gadis itu pun menghampiri Zoro sambil menjulurkan tangan nya.

"Namaku Kuina." sebut putri tunggal pemilik dojo tersebut sambil tersenyum kecil

Zoro hanya diam, tidak membalas perkataan Kuina, lantaran Zoro masih kesal karena kekalahan pertama nya di dojo itu.

"Hey? kok diam saja? tadi katanya ingin tahu namaku?." timpal Kuina sambil merapihkan pedang kayu Zoro yang terjatuh.

"Cih, kau tidak perlu merapihkan pedang ku, aku bisa melakukan nya sendiri." balas Zoro ketus.

"Ya sudah kalau begitu." Kuina pun pergi meninggalkan Zoro yang masih tergeletak di tengah taman dojo itu.

"Tunggu!" teriak Zoro dari kejauhan.

"Nanti malam pada saat bulan purnama muncul akan ku tunggu kehadiranmu di pertarungan kita yang ke-2, aku tidak akan kalah lagi, aku tunggu kau di padang rumput dojo kita." Teriak Zoro.

Kuina hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan Zoro itu. "Kalau kau ada waktu mengajak ku bertarung, lebih baik kau gunakan waktu mu untuk berlatih."

"aku tidak butuh ocehan mu, aku tunggu nanti, awas kalau kau tidak datang!"
tambah Zoro, yang kemudian berlari ke arah halaman belakang.

***

Matahari tepat berada di atas kepala, ini menandakan waktu istirahat untuk murid-murid dojo tersebut.

Tapi tidak untuk Zoro, seharian ini dia terus berlatih di bawah terik matahari yang menyengat, sesekali zoro memegang dahinya, menyesali kekalahanya, kemudian zoro pun menganyukan pedang kayu nya itu lagi.

Waktu yang di tunggu-tunggu itu pun datang, Zoro sengaja datang lebih awal untuk memastikan apakah Kuina akan datang atau tidak.

"Hey bocah kecil, ternyata kau menepati janji mu yah?" Kata kuina dengan tawa kecil.

"Pantang bagi seorang laki-laki untuk mengingkari janji nya." balas Zoro.

Kemudian pertarungan ke 2 di antara mereka pun dimulai, pertarungan tidak berlangsung lama, terlihat Kuina selalu mengunguli Zoro di setiap gerakan dan serangan, akhirnya, lagi-lagi kedua pedang zoro pun terjatuh.

"Lihat tuh, pipi dan dahimu sudah memar, kenapa kau selalu memaksakan kehendak mu?" Kata Kuina sambil mengerutkan dahi nya heran.

Zoro pun mengambil kedua pedang kayunya, "Kuina! aku masih ingin bertarung lagi dengan mu!"

"Dasar keras kepala" kata Kuina, sambil melancarkan serangan nya ke arah Zoro.

Pertarungan ini terjadi berulang berkali-kali pada malam itu. Zoro pun dihadapkan dengan kekalahan yang sama, lagi-lagi Zoro terjatuh dengan banyak luka lebam di seluruh tubuhnya. Pada malam itu, bulan menjadi saksi kekalahan zoro yang kesekian kalinya.

"Hah..hah..sudahlah, aku sudah lelah menghadapimu." kata Kuina sambil mengusap keringat di dahi nya.

"Aku... aku.. aku pasti melampaui mu! suatu hari aku akan mengalahkan mu Kuina!" teriak Zoro kesal, terlihat airmata mulai membajiri wajah kecil nya itu.

Kuina hanya menoleh sebentar sambil tersenyum. "Kalau begitu, akan ku tunggu hari itu tiba."

Kuina pun meninggalkan Zoro di padang rumput itu. Zoro yang kelelahan akhirnya pun tertidur di tengah hamparan padang rumput yang luas itu.







Usopp >< Kaya (One piece)







Usopp.
Apa yang kalian pikirkan saat mendengar nama itu?
Seorang laki-laki pengecut berhidung panjang yang berspesialisasi sebagai pembohong ulung dan senang bereksperimen dengan senjata-senjata unik buatannya sendiri.
Tapi bagi Kaya, nama itu mengingatkannya pada seorang laki-laki yang dicintainya. Orang yang selalu dapat membuatnya tertawa dan terkagum-kagum pada cerita-ceritanya—walaupun sebagian besar dari cerita itu hanyalah kebohongan belaka.
Usopp adalah pahlawannya. Ia yang telah menyelamatkan Kaya dan desa mereka dari bajak laut aneh yang berpura-pura menjadi pelayan setia Kaya. Dalam hati Kaya, Usopp adalah laki-laki hebat yang memiliki impian besar untuk diwujudkan.
Dan Kaya setia menunggu Usopp kembali dari lautan dengan terus menjaga cintanya pada laki-laki itu.
Padahal Kaya adalah seorang gadis cantik dan baik hati yang sama sekali tidak pantas untuk didapatkan seorang Usopp yang konyol dengan tampang pas-pasan.
Tapi—tentu saja, cinta mengalahkan segalanya.
.
-xXx-
.
Apa kalian tahu tentang sebuah ukiran karya Agostino Carracci?
Yang di dalam ukiran itu terdapat gambar dua wanita telanjang di sisi kanan. Sedangkan di sisi kirinya, seorang bayi lelaki sedang memukuli satyr—sejenis manusia setengah kambing—yang jauh lebih besar dan berotot.
Bayi lelaki itu adalah cinta.
Apa yang coba disampaikan Carracci adalah : setiap satyr selalu memiliki dua wanita yang membuatnya tenggelam dalam dilemma untuk memilih. Tapi sekuat apa pun satyr itu, akhirnya cintalah yang mengalahkannya. Cinta terlalu kuat. Tak peduli betapa menderitanya kita, hatinya tak akan tergerak.
Lalu, apa hubungannya dengan kisah Usopp dan Kaya?
Sederhana. Usopp terjebak dalam dilemma antara cinta dan citanya. Sedangkan Kaya terjebak dalam dilemma antara cinta dan kebahagiaan cintanya.
Usopp ingin menjadi bajak laut yang kuat, seperti ayahnya. Tapi untuk itu ia harus meninggalkan Kaya tanpa tahu apakah mereka akan bertemu kembali atau tidak.
Kaya ingin Usopp meraih mimpi besarnya, ia ingin lelaki yang dicintainya bahagia. Tapi untuk itu ia tidak dapat memiliki Usopp di sisinya.
Dan—tentu saja, cinta mengalahkan segalanya.
.
-xXx-
.
Usopp pergi mengejar cita-citanya bersama kru topi jerami. Ia ingin menjadi kuat dan berani. Ia pergi bertualang dan belajar berbagai hal baru.
Dengan kapal pemberian Kaya—Going Merry—ia mengejar citanya agar bisa secepat mungkin kembali pada Kaya untuk menceritakan kisah petualangannya pada gadis itu dan melihat senyumnya lagi.
Usopp tahu kalau dibandingkan dengan teman-temannya, ia adalah laki-laki yang lemah. Selama ini ia memang selalu dilindungi. Tapi ia juga ingin bisa melindungi Kaya dengan kekuatannya sendiri.
Walaupun ia bisa saja tetap di desanya dan melindungi Kaya dengan cara pengecut yang biasa dilakukannya, ia tetap pergi.
Walaupun Kaya akan tetap terkesan dengan cerita petualangan rekaan Usopp, ia tetap pergi.
Walaupun ia tahu kalau ia mungkin akan mati jika terus bersama-sama mengejar mimpi dengan teman-temannya, ia tetap pergi.
Karena cinta mengalahkan segalanya.
.
-xXx-
.
Kaya tidak ingin Usopp pergi. Karena tanpa Usopp di sisinya, Kaya akan merasakan kesepian dan kekosongan.
Kaya tidak mau Usopp terjun ke dunia yang berbahaya. Ia lelah jika harus terus mengkhawatirkan lelaki—yang lemah—itu.
Kaya tidak ingin Usopp terluka. Karena jika lelaki itu terluka, maka Kaya akan merasakan sakit yang berkali lipat dari sakit yang diderita Usopp.
Kaya sudah cukup senang setiap saat Usopp memanjat pohon di luar jendela kamarnya hanya untuk menceritakan kisah petualangan—semu—nya.
Kaya tidak peduli akan cara Usopp melindunginya, dengan cara pengecut sekalipun. Yang penting Usopp selalu ada untuknya.
Tetapi jika dengan melepaskannya akan membuat laki-laki itu bahagia, tidak apa-apa. Kaya akan merelakannya. Ia akan setia menunggu Usopp kembali.
Walaupun Kaya tidak akan pernah tahu bagaimana keadaan Usopp. Apakah ia baik-baik saja? Atau bahkan, apakah ia masih hidup?
Ah, cinta mengalahkan segalanya.
.
-xXx-
.
Usopp dan Kaya saling mencintai. Usopp ingin melindungi Kaya. Kaya ingin Usopp bahagia.
Usopp dan Kaya saling mendekap cahaya perasaan mereka. Cahaya yang menerangkan sinar redup dalam hati dan merasukkan keindahan dalam kehampaan. Tak peduli akan jarak yang memisahkan mereka.
Usopp dan Kaya saling mengobati sesal dan membasuh luka masing-masing hanya dengan keyakinan akan cinta di hati mereka.
Demi cinta Kaya yang tak pernah mati, Usopp mempersembahkan kesetiaan dalam ketidakpastian.
Demi cinta Usopp yang tak pernah mati, Kaya senantiasa berucap dalam doa. Bahwa hanya laki-laki itulah rahasia jiwanya. Bahwa penantiannya akan selalu ada sampai ajal menjelang.
Usopp dan Kaya. Keduanya saling cinta. Keduanya saling dekap. Keduanya saling meyakini. Keduanya saling setia. Keduanya sama-sama terluka. Keduanya sama-sama mementingkan yang lainnya. Dan keduanya sama-sama dikalahkan oleh cinta.
.
.
END
.
.
.
Monkey D. Luffy >< Princess shirahoshi (One piece)









Naruto uzumaki >< Hinata hyuga (Naruto)

 











"ah
"ah.. kakak?"
"dobe!! Kenapa kau bisa ada disini?!" Tanya Naruto agak kesal. Ditanya kenapa kesal untuk apa juga tak ada yang mengerti.. hah, anak bodoh dasar..
"yaelaaahh!! Namanya juga festival,kak! Masa iya sih aku nggak dateng?" sahut anak itu.
"lalu, kamu sama siapa?" lanjut Naruto dengan nada menginterograsi.
"ama Ru-chan lah! Kakak piker ama siapa??" Tanya anak itu.
"oohh.. Runaway.. Runaway.. kamu emang gak ada ubahnya,ya?" kata Naruto sambil geleng-geleng kepala.
"oooii!! Runawaaayy!! Ayo kita ketemu ama anak-anak yang laen.!" Panggil seorang gadis seumuran dengan Runaway berambut cokelat panjang.
"Ru? Naruchu?" kata Runaway menanggapi temannya itu.
"hooo.. ada paman Naruto? Apa kabar paman?" sapa Naruchu itu sambil menunduk.
"pa.. paman?"
"iya, paman.. memangnya umur pria itu berapa?" Tanya Naruchu dengan tampang polos.
"itu kakakku bodoooohh!! Dia baru 23 tahuunn!!" bentak Runaway agak sewot dengan apa yang temannya ucapkan.
"ahh.. maaf, kak!"
"aaa.. tak apa" sahut Naruto agak kesal.
"lalu, kenapa kalian ada disini?" sambung Sasuke sambil menyalakan ipod-nya.
"kami berdua, Mel-chan, Pei dan Ecchan sedang ada janji disini. Katanya Mel-chan juga mau bawa pacarnya." Jelas Runaway sambil berkacak pinggang.
"hoo.. apa? Mel-chan mau bawa pacarnya?!" kata Tenten dan Sakura berbarengan.
"iya.. masa kalian tidak tahu pacarnya Mel-chan? Katanya dari Klan Uchiha juga.. anaknya lucu,lhoo!!" kata Naruchu panjang lebar. Sasuke hanya diam.
"Sasuke-kun.. kamu tahu siapa pacar Mel-chan?" Tanya Sakura pada Sasuke.
"ano.. yang lebih mengenalnya adalah Aniki.. aku tak ikut campur.." kata Sasuke agak sedikit.. gimana gitu?
"OOOIII!! Kak Runawaaayyy!! Kak Naruchuuuu!!" panggil sebuah suara yang sangat cempreng, dan memekakan telinga. Yah.. wajahnya sangat berbeda dari sifatnya.
Mel-chan..
"berisik!!" kata Pei sambil menjitak Mel-chan.
"adododoh!! Jahat amat sih!!" kata Mel-chan mengaduh.
Sasuke dan Mel-chan berpandangan, sepertinya mereka saling tidak setuju kalau mereka masing-masing ada disitu.
"anak bodoh! Dengan siapa kau kesini?!" Tanya Sasuke dingin. Mel-chan cemberut.
"bukan urusanmu kali! Hey! Kau apa-apaan membawa si 'dahi lebar' itu!!" kata Mel-chan sambil menunjuk Sakura dengan jari tengah. Sakura menaikkan alisnya.
"apa urusanmu?! Dia tunanganku, kok!" jawab Sasuke dengan berani.
"hah? Aku tidak terimaaa!! Pokoknya kak Sasuke hanya boleh bertunangan apalagi menikha dengan Kak Narutooo!! Gak boleh ama si wanita berdahi lebar ituuu!!" teriak Mel-chan histeris.
Oke, perlu dijelaskan disini. Mel-chan Uchiha, satu-satunya anak terberisik di kampong Uchiha ini memang maniak dengan yang namanya kakaknya harus menikah dengan sahabat kakaknya sejak kecil. Untuk seukuran anak kecil seperti dia, harusnya dia tak tahu hal itu.
Sasuke dan semuanya hanya diam lalu bersweatdrop ria.
Sedangkan kawanan yang Mel-chan bawa hanya bisa tertawa terbahak-bahak.
Namun, tidak untuk Ecchan si pembenci YAOI.
"hhaaa?? Urusai!! Mana pacarmu itu?!" kata Sasuke dengan nada menantang.
"baiklah.. aku panggilkan! Tunggu kau disitu rambut ayam!!" bentak Mel-chan sadis dan meninggalkan mereka semua yang ada disitu.
"huahahaha!! Bahkan adikmu sendiri mengejekmu.. rambut ayam?! Sasuke.. aku tak yakin dia itu adikmu!! Ahahaha" ejek sebuah suara yang tak punya perasaan, ekspresi, atau apalah itu namanya.
"huh! Bagus sekali kau, Sai! Akan kubuktikan kalau akan ada yang mengejekmu lebih parah!" desis Sasuke kesal.
Sementara itu di tempat Mel-chan
"Tobi-kun.."
"iya, Mel-chan? Ada apa?" sahut seorang bocah berumur sekitar SMP yang tinggi.
Bocah itu muncul dari balik kedai ramen. Ia membuka topinya.
"hai! Mau ikut makan ama aku juga?" tawar Tobi kalem.
"nggak.. aku tadi udah makan ama Kak Pei. Emangnya kamu belum makan, gitu?" jawab Mel-chan penuh perhatian.
Bocah pria itu hanya menggeleng lembut dan membuka kacamata hitamnya.
"belum sempet, tadi aku nganter kak Yuki dulu ke tempat pacarnya." Jawab Tobi lembut.
Mel-chan blushing. "ohya, Kak Yuki dimana?" Tanya Mel-chan.
Tobi menghentikan aktivitas makannya. "nanti dia nyusul ama pacarnya Sasori, kak Deidara-san dan adiknya kak Deidara-san, Seiryuu" jawab Tobi. Mel-chan hanya manggut-manggut.
"ohya, kamu mau ikut aku ketemu kakak aku nggak?" ajak Mel-chan tiba-tiba.
Tobi keselek.
"apa? Ketemu kakakmu yang katamu super dingin dan nyebelin itu?" Tanya Tobi sambil memukul-mukul dadanya.
"iya, kenapa? Takut?"
"ah? Nggak, masa aku takut sih? Ahahaha.."bantah Tobi sambil melanjutkan makannya.
"kalau gitu, kamu mau ikut gak?"
"oke deh! Tunggu aku makan,ya?" kata Tobi. Mel-chan hanya mengangguk bersemangat.
Di tempat Sasuke dkk.
"mana si Mel-chan?" Tanya Pei pada sahabatnya, Ecchan.
"lah? Mana ku tahu.. mungkin si Tobi lagi makan kali?" jawab Ecchan enteng.
Tak lama kemudian. Datanglah Mel-chan dengan seorang pria setinggi Naruto waktu masih 15 tahun. Memakai jaket putih, kaos hitam lengkap dengan jeans berwarna hitam juga. Tak lupa topi dan kacamata hitam. Sasuke melongo. Mel-chan memasang tampang kemenangan.
"Sasuke, kenalkan, ini pacarku. Tobi. Tobi-kun, ini Sasuke. Kakakku." Kata Mel-chan sambil mengenalkan mereka satu sama lain.
"Tobi"
"Sasuke"
"nah, udah kenalkan Sasuke?? Kalau begitu, tak ada keberatan 'kan?" Tanya Mel-chan angkuh sambil tersenyum penuh kemenangan dan tepatnya sangat tak sopan.
"Tobi!!" panggil sebuah suara perempuan. Sasuke mendongak, matanya membelalak.
Begitupun yang gadis itu lakukan.
"Sasuke-kun?"
"Yuki-chan?"
Semuanya pada kebingungan. Sakura udah masang muka jealous. Sakura langsung didiepak ama Mel-chan. Menurutnya, wajah Sakura yang imut itu, sangat memuakkan(baginya)
"kakak? Kakak Sasori?" sahut Tobi. Yuki memalingkan wajah ke Tobi.
"oh.. sudah ada Mel-chan?" kata Yuki mengalihkan pembicaraan.
"iya, kak! Mana kak Dei-chan dan Seiryuu?" tanyanya. Yuki menunjuk kearah sebuah kedai. Tampak mereka sedang ribut.
"ya sudah.. perlukah kak Yuki dan kak Sasuke ku perkenalkan?" Tanya Melchan.
"aaa.. tak usah kok, Mel. Kami sudah saling kenal" kata Yuki. Sakura dan Sasori membelalak.
"Peiii!!" panggil sebuah suara lagi. Kali ini sangat dingin dan sangat tak peduli.
Wajah Pei memerah.
"Shi.. Shino? Kau sudah sampai?" tanyanya. Shino mengangguk.
"teman-teman, kami pergi dulu,ya?" izin Pei. Semuanya mengangguk.
"oooii!! Kak Peii!!" panggil Mel-chan. Pei menoleh. Mel-chan tersenyum nakal.
"yo! Hati-hati!!". Pei mengangguk malas dan membalas. "jangan sampai ada psikopat yang mengintai! Haha! Dadaaahh!!"
Suara kembang api mulai menggelegar. Sinaran kembang api yang indah memberi sedikit sinar pada beberapa pemuda yang ada disana.
Pertanda, awal kejadian dimulai…
.
.
"teman-teman, aku cari kedai Takoyaki dulu,ya?" izin Naruto. Semua mengangguk.
"aku ikut,ya??" Tanya Naruchu penuh harap sambil berbinar-binar. Naruto mengangguk.
Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam.
Sampai Naruto mendapati pemandangan yang mungkin akan sangat menyakitkan.
Seorang pria bertato merah di pipinya dan seorang gadis berambut panjang kebiru-biruan sedang memeluk lengan pria itu dengan mesranya.
Kiba.. dan.. ??
"Naruchu.. kita lari,ya?"
Naruchu menggelengkan kepala tanda tak mengerti.
"baiklah.."
Mereka berlari, pria disebelah sang gadis itu tahu apa alasannya untuk berlari.
Sedangkan tidak dengan sang gadis.
Ia hanya ikut berlari dengan bermandikan cahaya percikan kembang api.
Seperti dongeng.
.
.
"hey! Lama sekali kau Naruto?" protes Neji dan Ino pelan.
"maaf.. maaf.."
"semuanya, aku jalan-jalan dulu,ya? Sampai jumpa kak Naruu!!" pamit adiknya, Runaway.
Di tempat Mel-chan dan Tobi
"Tobi-kun.. kakakku tidak galak 'kan?" kata Mel-chan sambil menyenderkan kepalanya di bahu sang kekasih. Tobi tersenyum manis.
"tidak juga, kok.."
"kak Yuki itu mantannya kakakku lho!" ujar Mel-chan tetap dengan posisinya.
"HOOOIII!!"
Mel-chan dan Tobi kaget.
'ini pasti 2 anak manusia yang sangat menyebalkan ini dehh!! Huh, merusak suasana!' gumam Mel-chan dalam hati sambil mengutuk kedua temannya itu.
Seiryuu dan Eidya.
"pacaran di tempat rame gini!! Huahahaha!!" kata Seiryuu
"tau nih, gelap lagi?! Dasar anak kecil jaman sekarang! Mel, inget! Kamu ama Tobi itu masih kelas 1 SMP tauu!!" nasehat temannya yang agak alim tapi tetap menyebalkan.
"jangan-jangan udah ngapa-ngapain,nehh!!" goda Seiryuu.
"SHANAROOO!!"
.
"maaf, Mel…" rintih Seiryuu kesakitan sambil memegangi pipinya.
"makanya! Cari pacar sono!! Biar nggak ngegangguin gw!!" bentak Mel-chan kesel.
Gimana nggak? Dua temennya itu udah SMA tapi tetep aja kayak anak kecil.
"iya, deh.. maaf.."
Bagaikan embun di pagi buta.. setetes air mata terjatuh dari pipi sang putri.
Berlari, sang putri seperti berlari dari perjamuan makan kerajaan yang sangat memuakkan.
"kak Hinata?" gumam Mel-chan. Tobi, Seiryuu dan Eidya menengok.
Sang putri berlari..
Meninggalkan jejak tak bersisa..
Air mata…
.
.
"apa? Hinata? Menangis? Di mana, Mel?" Tanya Naruto terkaget-kaget.
"iya, tadi aku lihat dia menangis. Tadi dia berlari kearah jembatan puncak festival yang masih sepi. Entahlah.. tadi aku melihatnya bersama dengan yang lain"
"kalau begitu, jika kamu melihat dia lagi hubungi aku, ya! Terima kasih!"
.
.
Kini sang pangeran yang mengejar sang putri.
Sang putri yang menangis tanpa alas an yang pasti.
"bukankah sang putri tadi masih bersenang-senang dengan sang pangeran berkuda putih-nya?" batin sang pangeran yang kini berlari.
.
.
"Helen-chan.. kamu malam ini cantik banget deh.." puji Kiba
"makasih…"
.
.
Sang pangeran berhenti di depan jembatan itu, ia menemukan sang Putri menangis.
Gaun ungu-nya tertiup angina malam yang sangat menusuk tulang.
"oh, Kami.. Putri kenapa?" batinnya.
"kau kenapa, Hinata-chan?" Tanya Naruto pelan dan lembut. Hinata menengok.
Tanpa apa-apa lagi ia berlari mendekati Naruto dan memeluk Naruto.
"Kiba selingkuh, Naruto-kun.." adu Hinata sambil menangis tersedu-sedu di jaket hitam Naruto.
Naruto membalas pelukan Hinata dan membelai rambut panjangnya itu.
"ya.. Hinata.."
.
.
"ooiii!! Kakashi!! Apa kau masih akan terus mabuk-mabukan disini!!" Tanya istrinya Kakashi sambil berkacak pinggang.
"Ghee.. liburan ini 'kan? Aku masih mau bersenang-senang!!" pinta Kakashi yang wajahnya merah karena mabuk.
"lagipula ka nada Iruka dan Khai?" kata Kakashi memelas.
"tak ada alasaan!! Ayo pulaaangg!!" Ghee kini sangat murka pada suaminya yang kalau mabuk, memang benar-benar kelewatan.
"oi, Ghee! Kok kau bisa mau menikah sama Kakashi?" Tanya Khai.
"entahlah, mungkin aku di apain.. ahaha, selamat malam semuaa!!"
.
.
"paman Blackpapilooonnn!! 1 ramen porsi besar,ya!!" pesan seorang pemuda bersyal biru yang panjang. Konohamaru.
"iya… tidak 2 buat Hanabi?" tanyanya.
"nggaklah, biar romantis gitu!! Hahaha!!"
"bodoh!! Pak! 1 porsi lagi!!" kata Hanabi sambil menjitak kepala Konohamaru.
Paman Ramen langganan mereka berdua di festival itu hanya bisa tertawa melihat tinmgkah laku anak muda jaman sekarang.
"blackpapilon, ada pelanggan yang memesan ramen dengan kuah kari yang pedas!" kata Chiaki dengan juteknya. Black nyolot.
"biasa aja, mbak!"
"kak Chiaki, aku pesan mie ramen ayam" kata seorang gadis berambut pirang.
"Miyu, kamu ayam? Aku kari sapi saja!" pesan temannya yang bernama Rin Kajuji.
"baik! Segera datangg!!"
"woi! Kok aku ditinggal sih!!" tegur temannya yang satu lagi yang bernama Mayura.
"gw juga ditinggalin!!" protes Moo-chan (ini Tia pengarang Pheromones)
"iyee!! Maaf, maaf!!" kata Rin.


***
bila cinta adalah nafas
aku ingin hidup seabad
bila cinta adalah keindahan
aku ingin slalu memandangmu

bila cinta adalah luka
aku takkan pernah peduli betapa sakitnya
aku ingin terus mencintaimu
tak pernah peduli seberapapun pahitnya
bila cinta adalah air mata
aku akan tetap tersenyum
agar kamu tahu
aku begitu tulus menyayangimu…..
***
Bonus :
 CN Blue - Love girl




FT ISLAND - Love love love






 Vierra - Rasa ini


See you on next posting ^^
Bye........ ^^V